Jemaat dan Perbuatan Meragukan

Dosa atau bukan?
Sebagai jemaat Kristus, anak-anak Allah kadang menjadi bingung ketika dihadapkan pada situasi “abu-abu”. Maksudnya, sesuatu yang bagi mereka meragukan apakah kalau dilakukan itu dosa atau bukan dosa? Kalau sesuatu itu jelas-jelas dosa, yah tidak ada pertanyaan lagi karena memang harus dihindari.

Tetapi bagaimana dengan berbagai kasus lainnya yang kurang jelas, dosa atau bukan dosa. Misalnya, nonton bioskop, merokok, pria mengenakan anting-anting di telinga, menyanyikan lagu duniawi, dsb? Topik ini dalam bahasa Inggeris disebut “questionable practices”. Sesuatu yang bisa dipertanyakan.

Di sini jemaat harus berhati-hati menghadapinya. Surat Roma memberikan beberapa prinsip yang dapat menolong jemaat mempertimbangkan baik-buruk atau benar-salahnya, sebelum melakukan sesuatu. Mari kita lihat satu per satu sebagai berikut:

Prinsip Pertanggung Jawaban (Roma 14:12).
Kadang jemaat agak kebingungan untuk menggunakan uangnya dalam membeli sesuatu. Mereka kuatir uang itu diboroskan untuk keinginan belaka, bukan untuk memenuhi kebutuhan. Atau bagaimana kalau diajak teman bermain layang-layang? Apakah itu bukan pemborosan waktu yang terbuang percuma?

Jawabannya adalah, dalam kasus tersebut beranikah kita mempertanggung-jawabkan uang atau waktu yang akan dipakai itu kepada Tuhan? Kalau tidak berani, sebaiknya jangan dilakukan.  Atau, kalau kelak tidak bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan, jangan dilakukan! 

Prinsip Batu Sandungan (Roma 14:13).
Jemaat diperingatkan jangan membuat saudaranya seiman jatuh tersandung. Artinya, kalau apa yang kita lakukan dapat menyakiti hati mereka, atau menjadikan mereka syak alias curiga, yah jangan dilakukan.

Kalau nonton filem di gedung bioskop umum menyebabkan seseorang saudara kita syak dan mencurigai perbuatan ini, lebih bijaksana kalau kita tidak usah masuk ke bioskop. Atau kalau makan daging babi bisa menyakiti hati seorang saudara yang imannya masih baru atau lemah, mengapa tidak makan daging lain saja yang tidak membuat dia tersandung? Bukankah menjaga saudara seiman kita agar tetap berdiri teguh lebih penting dari pada makan daging tertentu?

Prinsip Iman (Roma 14:23).
Jemaat mau makan di restaurant MacDonald? Mau membeli pesawat televisi baru? Mau membuka toko mainan anak-anak? Silakan lakukan semua itu kalau memang betul-betul yakin. Namun bila ada sedikit saja kebimbangan, jangan diteruskan.

Kita bisa yakin kalau ada dasar firman Tuhan dan hal itu tidak bertentangan dengan firman Tuhan!

Prinsip Membangun (Roma 14:19).
Di sini maksudnya apa yang dilakukan akan mendatangkan damai-sejahtera dan berguna. Bukan malahan menjatuhkan iman orang lain, menciptakan iri-hati, merusakkan hubungan, dan lain-lain!

Misalnya, dulu ada pendeta yang “hobi” nya suka bersaksi (baca: menceritakan) bagaimana Tuhan selalu “memberkati” dia dengan uang yang luar biasa banyak, kepada seorang pendeta lain yang miskin, sambil memamerkan seikat uang kertas yang menyembul dari kantong bajunya, tanpa memberikan sepeserpun pada rekannya itu. Setiap kali ketemu si pendeta banyak uang itu, maka pendeta miskin tersebut merasa seperti kepalanya disirami air dingin saja.

Ada lagi misionari yang punya hobi mirip di atas. Kerjanya suka menceritakan bahwa dia banyak diundang gereja-gereja kaya untuk berkhotbah, sambil dijemput dengan mobil mewah, dan ini diceritakan kepada pendeta setempat yang notabene jarang sekali diundang gereja kaya apalagi dijemput dengan mobil mahal !

“Hobi” semacam itu jelas-jelas tidak bermanfaat dan tidak membangun.

Prinsip Kasih (Roma 13:9-10).
Jemaat perlu bertanya sebelum melakukan sesuatu, “Apakah yang akan saya perbuat ini menjadi kebaikan (baca: keuntungan) bagi orang lain, atau akan merugikan mereka?”

Kasih tidak mau merugikan orang lain, kasih memikirkan kepentingan orang lain.  Silakan jemaat pertimbangkan sendiri, apakah sesuai dengan prinsip kasih kalau kita bermain gitar listrik di larut malam tatkala semua orang lain sedang tidur nyenyak? Apakah sesuai dengan prinsip kasih kalau kita membakar sampah dekat rumah tetangga?

Mudah-mudahan dengan menerapkan kelima prinsip di atas dapat menolong jemaat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Amen!

(Disarikan dari sebagian disertasi doktoral, PA)  <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar