Jemaat Dan Kemurahan Hati

Matius 25:31-45
Dulu saya kurang percaya pada perkataan seorang pendeta, "Dalam hal kemurahan hati orang Kristen seharusnya merasa malu karena masih kalah dari orang beragama lain itu."  Saya pikir, ah masak!  Sebagai jemaat Kristus 'kan mereka sudah mengalami kasih Tuhan. Sudah sering mendengar khotbah tentang orang Samaria yang murah hati. Sudah hafal perintah Yesus untuk mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Saya pikir, orang yang mengaku pengikut Kristus 'kan tidak lagi memikirkan kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga suka menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Tidak lagi tidak-peduli, tetapi penuh belas-kasihan. Tidak kikir, melainkan murah hati.

Namun setelah bertahun-tahun bergaul dengan berbagai jemaat Kristus, saya menemukan kebalikannya. Orang Kristen "ideal" seperti yang saya pikirkan itu ternyata  ---walaupun memang ada---  cuma segelintir. Kebanyakan mereka itu tidak peduli meskipun kalau mau, mereka sangat bisa mengulurkan tangannya.

Ada yang punya alasan bagus untuk tidak mengeluarkan uangnya walaupun diperlukan.  Saya bilang, "Itu kikir!"  Dijawab, "Bukan kikir, tetapi hati-hati!  Kita harus berhati-hati menggunakan uang."   Memang betul kita semua harus bijaksana,  saya sendiri sangat setuju dengan itu.  Tetapi bagaimanapun juga, garis batas antara kikir dan "hati-hati" tadi tipis sekali.  Kita mesti menguji diri, apakah benar-benar keputusan itu didorong oleh kehati-hatian yang bijaksana,  atau karena sebetulnya kita kikir???

Ada lagi yang jelas-jelas pernah menawarkan untuk mensponsori anak-anak sekolah yang orangtuanya kurang mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Tetapi itu mungkin cuma terdorong oleh emosi belaka atau tanpa berpikir panjang. Atau barangkali cuma ingin memberikan kesan betapa rohani & baiknya mereka itu. Atau, apapun motivasi mereka waktu itu saya kurang tahu. Mudah-mudahan saya tidak sampai menghakimi.

Nyatanya begitu disodori kesempatan untuk menolong beberapa anak TK dan SD yang membutuhkan bantuan membayar uang sekolah mereka,  ngomongnya lain lagi.  Dengan seenaknya mereka mengelak dengan mengemukakan bermacam-macam alasan yang nota bene tidak masuk akal.

Ya tidak ingat kek,  ya lupa apa pernah membicarakan hal itu kek, ya sebetulnya maksudnya bukan begitu kek,  ya anak-anak itu harus masuk sekolah tertentu kek. Ada lagi yang kemudian mencoba mengaitkan hal mensponsori anak sekolah dengan apakah ada manfaatnya bagi pelayanan misi tertentu kek... dsb, dsb.

Begitu ada kesempatan untuk menolong,  ternyata orang-orang Kristen seperti itu justru tidak bersedia menolong dengan seribu satu macam alasan.

Saya mengatakan kepada mereka, "Ini adalah masalah menunjukkan belas kasihan kepada anak-anak yang malang itu!  Ini semata-mata hanya untuk menolong mereka!  Tidak ada kaitan dengan perkara-perkara lain."  Kalau Allah memperlihatkan adanya kebutuhan yang perlu pertolongan,  itulah saatnya bagi kita yang mau menolong dan mampu menolong,  untuk segera mengulurkan tangan.

Sering saya tidak habis mengerti, mengapa banyak orang Kristen,  yang mampu bepergian ke sana kemari naik pesawat terbang,  tidur di hotel berbintang,  sebentar-sebentar ke luar negeri,  makan di restoran mewah,  tetapi sepeserpun tidak mau menolong.  Padahal uang yang mereka keluarkan untuk satu malam saja menginap di hotel berbintang itu sudah lebih dari cukup untuk menutup biaya sekolah seorang anak selama satu tahun.  Ini jelas masalah hati, bukan kantong!

Kalau jemaat Kristus rindu melihat orang dunia tertarik untuk datang kepada Kristus,  suka atau tidak suka mereka harus lebih baik dari pada orang dunia itu. Mereka harus tahu berbelas kasihan di saat melihat kebutuhan. Mereka harus membuka hati dan mengulurkan tangannya dengan murah hati.

Orang Kristen harus ingat bahwa Kristus sudah lebih dahulu bermurah hati kepadanya.  Kita boleh berhenti menunjukkan belas kasihan kepada orang lain,  apabila Kristus sudah berhenti menunjukkan belas kasihan kepada kita!

Syukurlah saya melihat bahwa masih ada  ---walaupun mungkin hanya bisa dihitung dengan jari--- pengikut Kristus yang hatinya penuh belas kasihan dan tangannya penuh kemurahan.  Di dalam dan melalui orang Kristen semacam inilah Nama Kristus dipermuliakan dan orang lain tertolong.

Doa saya, semoga jemaat Kristus menjadi orang-orang yang peduli,  bukan sekedar pintar bicara rohani. Kiranya kita semua memperhatikan dan sungguh  mempraktekkan firman berikut ini,

"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian  dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: 'Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!',  tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya,  apakah gunanya itu?  ...  Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."   (Yakobus 2:15-16;  Matius 5:7).   <>

7 komentar:

  1. Saya terberkati dengan artikel di atas.

    Memang mudah untuk mengatakan saya mengasihi, saya terbeban, tetapi sulit untuk melakukannya. memang tidak semua!

    Melalui artikel di atas kita dapat belajar. Untuk itu marilah kita mohon kepada Tuhan supaya dimampukan untuk melakukan kehendak-Nya. Jangan berharap kepada manusia, tetapi bersandar kepada Tuhan. (Mazmur 118:8)

    DR

    BalasHapus
  2. Terima kasih komentar Anda. Ironisnya, siapa orang Kristen yang paling suka memberi? Justru yang penghasilannya pas-pas-an, bukan yang kaya. Tuhan Yesus berkata orang-orang ini memberi lebih banyak daripada mereka yang kaya, karena orang-orang ini memberi dari kekurangannya!!!

    BalasHapus
  3. Artikel ini dapat membuka mata rohani saya.

    Memang sangat menyedihkan mendengar bahwa sebagian orang yang mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak mempunyai belas-kasihan dengan orang lain. Mereka ini tanpa disadari akan menyebabkan orang non Kristen semakin sulit untuk datang kepada Kristus.

    Namun orang-orang yang hati dan pikirannya telah diubah oleh Injil akan menjadi seorang pemurah. Rasul Paulus bersaksi kepada jemaat di Korintus tentang bagaimana indahnya jemaat-jemaat di Makedonia yang memberi untuk pekerjaan Tuhan (2 Korintus 8:3-4).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya benar, jemaat di Makedonia sangat tidak kikir... walaupun mereka sebenarnya sangat miskin (2 Kor.8:2). Sungguh teladan luar biasa dalam memberi!

      Hapus
  4. Senang saya membaca artikel ini. Kiranya orang yang diberkati tidak hidup sebagai orang kikir.

    "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan" (Amsal 11:24).

    Memberi untuk pekerjaan Tuhan tidak harus menunggu sampai kaya atau berkecukupan. Memberi, jika dimulai dari hati yang mengasihi Tuhan, pastilah tidak "main hitung-hitungan" dengan Tuhan, tidak kikir.

    Orang yang hati dan pikirannya telah diubah oleh Injil akan menjadi seorang pemurah untuk pekerjaan Kerajaan Allah. Paulus bersaksi kepada jemaat di Korintus tentang bagaimana indahnya jemaat-jemaat di Makedonia yang memberi untuk pekerjaan Tuhan.

    Mari kita saling berlomba untuk membantu dalam pekerjaan Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam sistem ekonomi Allah, perpuluhan itu terutama dimaksudkan untuk membiayai pekerjaan-Nya di muka bumi. Jadi, jangan "mencuri" dari perpuluhan tetapi berikanlah itu kepada pekerjaan Tuhan!

      Hapus
  5. Topik yang sangat menarik sekali untuk direnungkan.

    Sebagai umat Kristen pasti sudah sering mendengar perintah Allah untuk mengasihi orang lain. Mendengar, membaca, merenungkan dan mengerti Firman Allah adalah sedikit lebih mudah daripada mempraktikan Firman Allah. Tapi harus dilakukan!

    Memang dalam hal kemurahan hati tidak akan mudah dilakukan jika hati kita tidak memiliki beban dan rasa peduli kepada orang lain.

    Tapi saya yakin jika seseorang yang sudah memiliki beban/hati untuk menolong seseorang tanpa harus diminta sekalipun, mereka akan memberikan apa yang dapat mereka berikan kepada orang yang membutuhkan.

    Dan hanya kepada Tuhan Yesus saja kita dapat meminta supaya kita memiliki hati yang murah hati.

    “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, ...” (Yakobus 1:5)

    YP

    BalasHapus