Jemaat Dan Kerohanian

Berbuah-buah
Ukuran kerohanian = setiap hari hadir di gereja?

Seorang anak laki-laki bertanya kepada ayahnya, "Apakah maksudnya  kerohanian itu, pak?"  Teman-temannya memberi kesan bahwa kalau seseorang rajin sekali mengikuti berbagai kebaktian,  maka ia adalah  orang yang rohani. Seolah-olah kekristenan itu identik dengan gedung gereja. Siapa yang selalu nongol di gereja,  dialah yang rohani.

Yang dianggap rohani ialah mereka yang paling sering hadir di gedung gereja. Kalau bisa setiap hari berada di gedung gereja. Hari Minggu pagi ikut ibadah di kebaktian umum,  hari Senin malam datang ke kebaktian doa, hari Selasa sore mengikuti pelajaran Alkitab, hari Rabu malam ada katekesasi untuk baptisan, hari Kamis malam ada latihan paduan suara,  hari Jum'at sore kebaktian kaum ibu,  hari Sabtu sore kebaktian pemuda-pemudi.  Dan kalau itu belum cukup,  plus setiap hari ada doa pagi juga di sana.

Benarkah ukuran yang dipakai ini?

Saya kenal seorang perempuan Kristen yang  ---kalau melihat kegiatannya bergereja---  dipandang "saleh dan rohani".  Setiap Minggu ia tidak pernah absen ke kebaktian di gedung gereja. Hari lainnya ia hadir lagi untuk latihan koor dengan ibu-ibu segereja. Hari lainnya lagi ia mengikuti Bible study. Kalau ada acara khusus seperti HUT gereja,  ia pasti tampil dan menyumbang konsumsi.  Pendek kata,  mati hidupnya adalah di gereja dan untuk gereja.  Semua orang akan berkata, "Wah, ibu ini  rohani sekali!" 

Tetapi ... tunggu sebentar!   Kita tengok dulu lebih jauh "kerohanian" si ibu ini.
Dalam kehidupan keluarganya,  ibu tersebut tidak menaruh hormat & respek pada suaminya. Membentak dan mengata-ngatai suami sudah biasa dilakukannya.  Tidak jarang ia melawan dan menentang suaminya.  Dalam kamus hidupnya sebagai  seorang isteri tidak dikenal istilah "tunduklah kepada suamimu".  Baginya yang ada hanya istilah "tanduklah suamimu!"  (Efesus 5:22,33).

Pertanyaannya sekarang,  apakah memang begitu orang "rohani" memperlakukan suaminya???
Kalau demikian,  apa yang salah di sini?

Ukuran yang keliru

Seorang guru sekolah menengah di Amerika Serikat terkejut & sedih bukan main.  Apa pasal?  Ternyata ada seorang siswa yang mencoba menggunakan sebuah termometer (alat pengukur panas) untuk mengukur panjang sebuah meja!  Amat mengherankan anak itu bisa duduk di sekolah menengah tanpa mengerti bedanya termometer dan penggaris.

Sungguh kasihan melihat siswa-siswa semacam itu.  Jelas mereka ketinggalan jauh dalam pelajarannya. Mereka tidak akan bisa maju tanpa memiliki pengertian dasar tentang perkara-perkara yang sederhana seperti apa fungsi termometer,  dan apa itu penggaris.

Konsep kerohanian yang salah kaprah

Kembali kepada pertanyaan anak laki-laki itu kepada ayahnya.  Untuk menjawab pertanyaan di atas, bukankah kadang-kadang kita juga memakai pengukur kerohanian yang salah? 

Misalnya,  bukankah kita menganggap jemaat Kristus yang paling diberkati TUHAN adalah jemaat yang gedung kebaktiannya besar, megah, dan mewah?  Yang dana kasnya penuh?  Yang jumlah anggotanya banyak & datang ke persekutuan dengan naik mobil sedan?  Yang pendetanya lulusan sekolah Alkitab luar negeri?  Yang, yang, yang ... ...

Bukankah kita berpikir bahwa pengkhotbah yang populer sehingga perlu dinobatkan sebagai pengkhotbah favorit adalah pengkhotbah yang pasti lebih saleh dari pada mereka yang pendengarnya sedikit?

Dan masih banyak lagi bukankah, bukankah ... ... ???

Kondisi rohani jemaat Kristus

Pengukur yang tepat bagi kerohanian kita ialah kualitas hidup kita!   Kualitas hidup yang rohani ditunjukkan antara lain oleh sifat-sifat rendah hati, lemah lembut, dan sabar (Efesus 4:2a). 

Sebuah indikasi lain yang menyatakan bahwa kita sedang maju dalam kerohanian ialah, "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (Efesus 4:2b).

Kondisi rohani kita diukur oleh sifat-sifat baik yang dilihat orang lain sebagai hasil pekerjaan Kristus di dalam hidup kita.  <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar