Dalam sebuah wawancara, Rick Warren, pendeta sebuah gereja di California ditanya, “Apakah tujuan hidup ini?” Jemaat patut merenungkan jawabannya di bawah ini. Beliau berkata, “Singkatnya, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kita tidak akan hidup di bumi ini selamanya, Allah ingin kita hidup bersama-Nya di sorga.”
“Suatu hari jantung saya akan berhenti berdetak, tetapi itu bukan akhir dari kehidupan saya. Mungkin saya akan berumur 60 sampai 100 tahun di bumi ini, namun saya akan hidup triliunan tahun di dalam kekekalan. Kehidupan di bumi ini hanya semacam latihan. Allah ingin kita berlatih dulu di bumi ini apa yang akan kita lakukan selamanya di sorga.”
Untuk mengerti tentang hidup ini, jemaat harus memahami bahwa kita diciptakan oleh Allah dan bagi Allah. Perhatikan bahwa hidup kita terdiri dari rentetan persoalan-persoalan. Apakah sekarang kita sedang berada dalam sebuah persoalan, atau baru saja keluar dari persoalan sebelumnya, atau bersiap-siap masuk ke persoalan baru. Mengapa?
Sebabnya karena Allah lebih tertarik membentuk karakter kita dari pada membuat kita merasa nyaman. Allah lebih berminat menjadikan hidup kita suci dari pada bahagia. Memang kita bisa saja agak berbahagia di bumi ini, tetapi itu bukan tujuan hidup yang sebenarnya. Tujuan hidup kita adalah menumbuhkan karakter kita, karakter yang serupa dengan Kristus!
Tahun yang lalu ini merupakan tahun penuh berkat bagi saya di mana buku yang saya tulis laku keras. Tetapi juga merupakan tahun yang paling sulit karena isteri saya Kay kena kanker. Dulu saya berpikir bahwa hidup itu seperti roda, sebentar di atas & sebentar lagi di bawah. Seperti bukit dan lembah, jemaat berjalan melalui lembah yang gelap, kemudian naik ke puncak gunung --- bergantian dan berulang-ulang. Tetapi sekarang saya tidak percaya lagi bahwa hidup seperti itu.
Yang benar adalah hidup itu seperti sepasang rel kereta api, di mana kereta kehidupan kita berjalan melaluinya. Artinya, sepanjang waktu dalam hidup kita pasti ada sesuatu yang baik dan ada sesuatu yang buruk … ! Tidak peduli betapa baiknya sesuatu dalam hidup kita sekarang, selalu ada sesuatu lain yang buruk yang perlu dibenahi. Sebaliknya, seburuk apapun sesuatu dalam hidup kita sekarang, pasti ada sesuatu lain yang baik untuk bersyukur kepada Allah.
Pilihannya, jemaat bisa berfokus pada tujuan hidup ini yaitu pembentukan karakter, atau berfokus pada persoalan-persoalan hidup. Jika jemaat memilih fokus pada persoalan belaka, kita akan menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri saja. Jadinya, inilah problemaKU, persoalanKU, masalahKU, kesusahanKU … dan seterusnya. Padahal salah satu cara termudah untuk melepaskan diri dari kesusahan ialah memusatkan diri pada Allah dan orang lain, bukan pada diri sendiri.
Jemaat harus belajar menghadapi apa yang baik dan apa yang buruk dalam hidup. Walaupun kadang-kadang, lebih sulit menghadapi “berkat” dari pada menghadapi “masalah”. Kita perlu menanyakan diri sendiri, apakah saya hidup untuk harta, popularitas, kesenangan? Apakah hidup saya digerakkan oleh tekanan, kesalahan, kepahitan, materialisme? Atau, apakah saya digerakkan oleh maksud & rencana Allah bagi hidup saya?
Setiap bangun tidur di waktu pagi, saya berkata, “Tuhan, hari ini saya ingin lebih mengenal Engkau dan lebih mengasihi Engkau.” Allah tidak menaruh jemaat-Nya di bumi ini hanya sekedar untuk mengerjakan sederet tugas. Allah lebih tertarik pada siapa kita, pada karakter kita, dari pada tertarik pada apa yang kita kerjakan. <>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar