Di manakah kepercayaanmu? |
Di saat itu Tomas Didimus tidak bersama mereka. Tomas kesulitan untuk percaya bahwa Yesus menampakkan diri sebelum ia melihat-Nya sendiri. Ia berkata, “Sebelum aku melihat … sebelum aku mencucukkan jariku … sekali-kali aku tidak akan percaya!” Kebangkitan Yesus adalah sebuah mujizat. Jadi maksud Tomas, ia hanya mau percaya setelah melihat mujizat itu dengan mata kepalanya sendiri.
Tatkala seminggu kemudian Yesus juga menampakkan diri kepada Tomas, dan menyuruh dia meletakkan jarinya di tangan Yesus yang berlobang kena paku & mencucukkan tangannya ke lambung Yesus, Tomas berseru, “Ya Tuhanku … ya Allahku!” Tomas percaya setelah melihat!
Banyak umat Kristiani yang seperti itu, mereka butuh pertunjukkan berbagai mujizat dulu sebelum percaya. Iman semacam ini adalah iman “kanak-kanak”. Dan jemaat seperti ini adalah “kanak-kanak” Kristen.
Jemaat sekarang tidak pernah melihat Yesus meneduhkan angin ribut atau Yesus menghidupkan orang mati. Jemaat sekarang tidak pernah duduk di bawah kaki Yesus di bukit Galilea dan mendengar Dia mengajar. Tetapi melalui mata iman kita percaya kepada-Nya. Karena itu bersama dengan Tomas, atau Paulus, atau jutaan orang percaya lainnya kita mengakui Yesus sebagai Tuhan kita !
Kembali sebentar kepada Tomas. Tadi Tomas percaya karena melihat. Tetapi Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Iman yang dewasa tidak memerlukan mujizat, atau tanda apapun untuk percaya. Iman ini tetap percaya walau tidak ada mujizat. Iman yang sejati percaya dengan hati, bukan dengan mata. Satu-satunya yang dibutuhkan hanyalah Alkitab. Asal ada Firman Tuhan, cukuplah untuk percaya!
Konsep dunia ialah, “believing is seeing.” Baru mau percaya kalau sudah melihat. Tetapi konsep Alkitab ialah, “Percaya walaupun tidak melihat!” Artinya, meskipun saat ini jemaat tidak dapat melihat Yesus dengan mata jasmani, namun jemaat tetap bisa percaya kepada-Nya dengan mata hati. <>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar