Perpuluhan = berikan pada yg butuh |
Pada artikel sebelumnya jemaat sudah membaca mengapa memberi perpuluhan, berapa besarnya memberi perpuluhan, dan di mana memberi perpuluhan. Sekarang kita akan melihat kapan waktunya membayar perpuluhan?
Ada ayat yang memberi keterangan mengenai hal ini: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaknya kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah …” (I Korintus 16:2).
Kira-kira begini: bila setiap minggu kita memperoleh sesuatu hasil, baiklah setiap minggu itu kita menyisihkan perpuluhan dari hasil tersebut. Misalnya, minggu ini kita mendapat hasil Rp. 50.000,- maka sebelum kita memotong, memakai atau mempergunakan uang hasil itu untuk sesuatu yang lain (keperluan pribadi dan lain-lain) maka kita harus menyisihkannya lebih dahulu 10% dari Rp. 50.000,- utuh, yaitu sebesar Rp, 5.000,- Nah, jumlah Rp. 5.000,- inilah yang dibayarkan sebagai perpuluhan.
Saudara bisa di rumah menyediakan sendiri sebuah amplop kosong yang ditulisi kata “perpuluhan”. Apabila saudara belum sempat memasukkan uang perpuluhan itu ke dalam kas gereja atau memberikannya ke tempat lain, maka setiap kali mendapat hasil bisa sementara perpuluhannya disimpan dahulu ke dalam amplop khusus ini. Nanti bila saudara menghadiri kebaktian di gereja, bisa memasukkannya ke dalam peti persembahan. Atau bila saudara merasa dipimpin Tuhan memberikannya pada yang lain, silakan. Demikianlah cara yang praktis untuk menyisihkan perpuluhan dan memberikannya kepada Tuhan.
Kapan memberikan perpuluhan? Pada hari pertama dalam minggu itu. Hari pertama ialah hari Minggu. Pada hari Minggu biasanya ada kebaktian di gereja, dan jemaat bisa mengikuti kebaktian sekaligus memasukkan uang perpuluhan.
Selain itu kita juga perlu dipimpin oleh Roh Kudus. Bisa juga pada hari lain selain hari Minggu, Roh Kudus menggerakkan hati kita buat memberikan perpuluhan, atau kita merasakan sesuatu beban untuk memberi. Roh Kudus akan menolong kita melihat adanya suatu kebutuhan pada seseorang atau pada suatu pekerjaan Tuhan, lalu menyuruh kita memberikan perpuluhan kita kepada orang atau pelayanan itu.
Saudara ingat ceritera mengenai nabi Elia dan janda di Sarfat? Elia pergi ke Sarfat dan menemui seorang janda di sana. Dengan muka dirundung kesedihan, janda ini keluar dari rumahnya dan disapa oleh Elia: “ Permisi, ibu. Di Israel sekarang sangat kering. Saya haus sekali. Dapatkah ibu memberi saya air?” Janda itu memberinya segelas air minum. Kemudian Elia meminta sepotong roti. Janda itu sebenarnya keberatan memberikan sepotong roti kepada Elia, sebab ia tidak mempunyai apa-apa kecuali sedikit tepung dan sedikit minyak yang disediakannya bagi dirinya sendiri dan bagi anaknya. Setelah bermaksud memakannya, mereka tahu tidak ada lagi yang akan dimakan, oleh sebab itu mereka akan mati. Pagi makan, siang mati! Tetapi toh janda itu memberikan sepotong roti yang diolahnya kepada Elia. Elia memberitahu janda itu bahwa ia tidak usah khawatir dengan potongan roti yang terakhir itu, Allah akan mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka tidak akan mati kelaparan, melainkan akan makan terus sampai kenyang selama musin kering itu. Dan memang ternyata kemudian Tuhan mencukupi.
Hari itu janda di Sarfat tersebut melihat adanya kebutuhan. Nabi Elia sedang membutuhkan air dan roti. Dan janda itu dipimpin oleh Roh Allah untuk memberikan air dan rotinya yang terakhir kepada Elia. Pada hari itu juga. Ia tidak menunggu hingga minggu depan. Dan apa akibatnya? Tuhan tidak merugikan janda itu. Sebaliknya Tuhan menolong si janda dan anaknya memperoleh makanan secukupnya sampai musim kering lewat.
Ya, Tuhan Yesus tidak berutang kepada jemaat-Nya. Apakah saudara mengerti? Yesus tidak pernah berutang kepada kita, apalagi akan merugikan kita.
Ada ayat dalam kitab Yakobus mengatakan: “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang! Tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”
Nah, Alkitab mengajarkan kepada jemaat, apabila kita melihat suatu kebutuhan, kita harus memberikannya tanpa menunda-nunda lagi.
Apakah saudara memberikan perpuluhan dan persembahan saudara ketika Roh Allah menunjukkan kebutuhan kepada saudara? Ingat, dengan memberikan (sebagian) harta saudara kepada Tuhan, Tuhan tidak akan merugikan saudara. Sebaliknya saudara sendiri yang akan beruntung, dan orang lain juga diberkati.
(Disarikan dari KMK I, JG) <>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar