Jemaat dan Kasih

Seorang anak laki-laki menyurati ayahnya, menanyakan, “Papie, apakah sebenarnya kasih itu? Saya kesulitan menemukan definisi kasih.”

Sang ayah mencoba menjelaskan kepada anaknya sebagai berikut:

Engkau benar. Memang tidak gampang mendefinisikan kasih dengan benar. Mengapa? Karena ada beberapa jenis kasih. Setiap jenis dapat memiliki definisinya sendiri. Untuk mengerti kasih dengan benar, kita harus mencarinya pada sumber yang benar juga, yaitu Alkitab, terutama di bagian Perjanjian Baru. Naskah asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Gerika, dan ada beberapa kata yang dipakai untuk menguraikan kasih:


Pertama, Storge yang berarti kasih sayang yang alamiah; misalnya, kasih antara ibu dan anaknya. Kedua, Philia yaitu kasih persahabatan dan kasih di antara orang yang mempunyai perhatian yang sama terhadap sesuatu, atau kesukaan (kegemaran) akan sesuatu. Ketiga, Eros yaitu daya tarik dari keinginan atau hasrat misalnya kasih di antara laki-laki dan perempuan. Keempat, Agape. Ini adalah kasih ilahi yang memberikan diriNya, yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus, dan yang menjadi kekuatan pendorong dan pola kehidupan Kristiani.

Keempat jenis kasih ini bersama-sama merupakan ‘keadaan perasaan batiniah atau kecenderungan hati seseorang, ditambah dengan pendirian atau cara berpikirnya, serta caranya bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu obyek kasih’.

Waduh, ternyata definisi kasih ini cukup panjang juga, tetapi itulah definisinya!

Keempat jenis kasih itu berasal dari Allah, pemberian Allah. Tetapi dosa di dalam kehidupan manusia telah merusak ketiga jenis kasih yang pertama; dan membuang yang keempat, kasih agape. Tidak seperti kasih ilahi, kasih manusiawi telah dirusak dan dipengaruhi oleh dosa. Karena itu perlu berhati-hati dalam mengartikan kasih menurut pandangan manusia.

Kasih ‘agape’ sebagai kasih ilahi yaitu kasihNya Allah, sangat berlawanan dengan semua konsep kasih di dunia yang telah jatuh dalam dosa ini. Kasih ‘agape’ bukan sekedar perasaan (emotion) melainkan tindakan menyayangi (devotion), yang ditunjukkan dalam komitmen dan yang diukur dengan memberikan diri, tindakan nyata, dan pengorbanan.

Contohnya dalam Injil Yohanes 3:16. Di sini kasih ilahi (agape) menjangkau manusia yang durhaka, melalui Yesus Kristus yang berkorban di salib, Allah bersedia mengampuni dan menerima kembali orang berdosa ke dalam kerajaanNya. Majalah ‘Eternity’ memberikan definisi yang bagus tentang kasih agape sebagai ‘kekuatan untuk mengasihi yang tidak dapat dikasihi’.

Jadi, memiliki kasih agape bukan semata-mata perasaan atau keinginan di dalam hati belaka, melainkan sebuah kecenderungan hati yang kuat dan sikap pikiran yang terus menerus, ditambah cara memperlakukan obyek kasih dengan perkataan dan perbuatan nyata, dengan mengutamakan kepentingan sang obyek kasih di atas kepentingan diri (I Korintus 13:4-7; Matius 7:12; Filipi 2:4).

Paul Rhoads, seorang teman papie, mengatakan, ‘Kasih agape ialah sebuah komitmen tanpa syarat untuk memberikan hidupku kepadamu’ ( I Yohanes 3:16 ).

Yang terakhir namun tidak kurang penting.

Tatkala banyak orang Kristen keliru menafsirkan kasih dan salah menerapkan kasih dalam kehidupan mereka, kita juga jangan lupa bahwa ALLAH ADALAH KASIH YANG SUCI. Di dalam Alkitab kasih Allah tidak pernah dipandang terpisah dari kesucian Allah! (I Yohanes 1:5; 4:8). Di dalam Allah, kasih dan kesucian bersatu begitu sempurna sehingga Allah, walaupun Dia begitu lembut dan sabar tetapi Dia juga tegas dan keras. Kenyataannya, di dalam Alkitab kesucian Allah ditulis lebih banyak dari pada kasih Allah.

Ini berarti, sambil Allah di dalam kasihNya memberikan kepada kita anugerah keselamatan plus berbagai berkat lainnya untuk dinikmati, Ia juga di dalam kesucianNya memberikan kepada kita HukumNya untuk ditaati! Orang berdosa yang telah diubah menjadi baru oleh kasih ilahi ---karena ia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya pribadi---, akan bisa melihat bahwasanya Hukum Allah itu baik. Yaitu sebagai pernyataan kehendak Allah yang penuh kasih terhadap manusia dan kerangka bagi hubungan kasih dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Jadi, kasih yang benar tidak selalu mengatakan YA. Bagi kebaikan kita ia dapat juga mengatakan TIDAK! Dengan kata lain, Allah yang mengasihi yang mengatakan, ‘Ya, silakan lakukan itu’ adalah juga Allah yang kudus yang dapat saja mengatakan, ‘Tidak, jangan lakukan itu!’

Namun, bahkan kalaupun Dia mengatakan TIDAK, itupun berasal dari kasih agape-Nya, demi kebaikan kita. Dan dalam kasus demikian, jemaat mesti belajar tetap mempercayai Dia dan kasihNya yang ajaib dan kudus itu. <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar