Jemaat dan Memilih Jodoh (1)

Penulis Amsal mengungkapkan bahwa ada beberapa perkara yang mengherankan dan tidak di mengerti olehnya, di antaranya ialah “jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis”. TUHAN menciptakan manusia sedemikian rupa sehingga laki-laki tertarik kepada perempuan dan sebaliknya. Biasanya yang terjadi ialah, perkenalan – persahabatan – rasa cinta – berpacaran – peminangan – pertunangan – akhirnya pernikahan.

Orang-orang Kristen muda yang ingin menyenangkan Tuhan menyadari bahwa ini suatu perkara yang penting sekali. Bila memilih jodoh ini dilakukan dengan hati-hati dan disertai banyak doa, di bawah berkat Tuhan pemilihan itu dapat menjadi suatu pernikahan yang memuliakan Tuhan. Tetapi bila iblis diijinkan mempengaruhi kita memilih jodoh, kehidupan rohani kita bisa runtuh dan jadi tak berguna bagi Allah. Karena itu ijinkanlah Allah menolong kita memilih jodoh bagi kita.


Bagaimana memilih jodoh kita?
Alkitab memberi banyak petunjuk, prinsip, dan contoh yang baik sekali mengenai memilih jodoh. Antara lain di dalam kitab Kejadian pasal 24. Menurut Alkitab, dua insan (laki-laki dan perempuan) yang akan menikah harus saling memenuhi paling sedikit tiga syarat utama.

Jadi, supaya pernikahan kita memuliakan Allah, kita harus memilih jodoh yang memenuhi tiga syarat utama. Apakah syarat-syarat itu? Mari kita membahasnya :

Syarat I
APAKAH IA ORANG KRISTEN YANG “LAHIR BARU”?

Kitab Kejadian 24 berisi kisah indah tentang Ishak memperoleh Ribka sebagai istrinya. Walaupun cerita itu terjadi jauh sebelum zaman kekristenan, namun prinsip-prinsip penting di dalamnya bisa dipakai oleh kita.

Abraham berpesan kepada hambanya yang diberi tugas mencari isteri bagi anaknya, Ishak, “Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan . . . tetapi engkau harus pergi ke rumah ayahku dan kepada kaumku untuk mengambil seorang isteri bagi anakku.”

Prinsip Abraham ialah, calon isteri anaknya itu harus bukan perempuan kafir (Kanaan) melainkan perempuan kaumnya sendiri. Begitu pula Allah menghendaki orang Kristen menikah dengan orang Kristen juga.

Jika anda sedang “menaksir” seseorang untuk dijadikan pacar anda, seyogyanya sedini mungkin anda bertanya : “Apakah ia orang percaya?” Orang percaya di sini maksudnya yang benar-benar sudah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Istilah Alkitabnya : sudah lahir baru, sudah menjadi anak Allah.

Mengapa Alkitab mencegah orang percaya berpacaran dan menikah dengan orang belum percaya?

Karena mereka akan menjadi “pasangan yang tak seimbang” (2 Kor.6:14). Alkitab berkata dengan terus terang bahwa orang belum percaya sebenarnya sudah mati karena dosanya. Mati disini maksudnya, karena dosanya, orang itu sudah putus hubungannya dengan Allah. Secara jasmani orang itu kelihatan masih hidup, berjalan ke sana kemari, bercakap-cakap, menyanyi, tertawa, menangis, makan minum, bekerja, atau bersekolah. Tetapi sebetulnya ia adalah “mayat hidup” di mata Allah. Ia sudah mati secara rohani.

Sebaliknya, orang percaya dikatakan, oleh anugerah Allah di dalam Kristus Yesus, “telah dihidupkan dan diselamatkan.” Orang percaya ialah orang yang benar-benar hidup. Bahkan ia memiliki hidup yang kekal. Oleh sebab itu, kalau ada orang percaya yang berpacaran atau bergandengan tangan dengan orang belum percaya, siapakah sebenarnya yang digandengnya itu? Mayat hidup! Sungguh suatu pasangan yang sangat tidak seimbang.

Selain itu juga karena “Allah tidak menyukai kawin campur” (2Kor.6:15). Allah tidak melarang perkawinan antar suku atau antar bangsa, walaupun harus disadari bahwa perbedaan budaya bisa saja menyebabkan berbagai kesulitan. Tetapi yang jelas Allah tidak menghendaki anak-anakNya berpasangan dengan anak-anak iblis. Orang percaya statusnya tidak sama dengan orang tak percaya. Anak Allah tidak sama dengan anak iblis. Terang tidak dapat dicampur dengan gelap. Yang baik akan dirusak oleh yang jahat.

Anda ingat kisah Simson? Ketika Simson jatuh hati kepada seorang perempuan kafir, ia berkata, “Dia kusukai.” Ayah dan ibunya sudah memperingatkannya, tetapi dua kali Simson berkata, “Ambillah dia menjadi isteriku.” Seharusnya Simson bertanya, "Apakah dia disukai Tuhan?” Ia membuat kesalahan besar dalam memilih jodoh. Anda tahu bagaimana akhir kisah hidup Simson, si orang kuat itu, yang karena perkawinannya dengan perempuan kafir dan kemudian dengan Delila, ia binasa secara mengenaskan di bawah reruntuhan puing-puing rumah orang kafir, si Filistin. Simson, yang dilahirkan untuk menjadi seorang nazir Allah dan menyelamatkan umatNya dari tangan orang Filistin, boleh dibilang gagal melakukan tugas pelayanannya itu hanya gara-gara salah memilih isteri!

Tuhan tidak menyukai “kawin campur.” Karena itu perkawinan semacam ini tak mungkin memuliakan Nama Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Bukankah sering kita melihat pemuda-pemudi Kristen yang runtuh rohaninya, karena berpacaran dan akhirnya menikah dengan orang tak percaya? Pernikahan dengan orang bukan Kristen membuat hidup pemuda-pemudi Kristen menjadi tidak berguna bagi Allah dan tidak memuliakan Allah. Sebab itu, jangan sekali-kali berpacaran dengan orang yang belum percaya! Percuma berdoa minta pacar yang belum lahir baru! Allah tak menghendakinya.

Jalan termudah menghindarinya ialah jangan mulai berkencan dengan orang tak percaya. Alasan menikah dulu, sesudah itu mentobatkan dia, adalah sia-sia dan hanya teori belaka! Sebaliknya, andalah yang justru akan “ditobatkan” ke dunia. Apapun alasan anda, berpacaran & menikah dengan orang belum percaya adalah tidak benar menurut Alkitab. <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar