Jemaat dan Keluarga

Tuhan Yesus berkata, “… Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya … Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu … Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:6-9).

Tetapi mengapa sekitar separuh dari pernikahan berakhir dengan perpisahan bahkan perceraian di kantor pengadilan? Lihat saja berita sehari-hari di media TV atau koran, kawin-cerai sudah menjadi kabar biasa. Orang ganti pasangan seperti ganti baju saja.


Masalah utamanya ialah, karena pasangan-pasangan suami isteri itu tidak hidup menurut Firman Tuhan, “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku : (suami) kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri, dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (Efesus 5:33).

Penyebab utama hancurnya pernikahan karena suami tidak mengasihi isterinya, dan isteri tidak menghormati suaminya. Kasih & respek sudah tidak ada lagi dalam keluarga itu. Akibatnya tragis! Dan ini termasuk keluarga-keluarga Kristiani.

Hubungan kasih & respek antara suami-isteri itu begini: Tanpa kasih dari suami, isteri bereaksi tanpa respek. Tanpa respek dari isteri, suami bereaksi tanpa kasih. Begitu terus menerus sampai terciptalah sebuah “lingkaran gila” dalam keluarga itu. Ribuan keluarga terjebak dalam lingkaran semacam itu.

Dari sekian banyak konseling yang diadakan bagi keluarga-keluarga bermasalah, pada umumnya para isteri mengatakan, “Suamiku sudah tidak mencintai saya lagi”. Perempuan diciptakan oleh Allah untuk mencintai, ingin mencintai, dan mengharapkan cinta ! Banyak suami gagal dalam mencintai isterinya.

Namun pada sisi lain, masalah keluarga juga bisa disebabkan karena isteri tidak (tahu) menghormati suaminya. Suami tidak mendapatkan respek dari isterinya. Kebanyakan suami tidak mengatakan ini, tetapi ada di dalam benak mereka, “Isteriku tidak respek kepadaku”. Laki-laki diciptakan oleh Allah untuk dihormati, dihargai, untuk mendapat respek. Karena itu laki-laki menginginkan respek dan mengharapkan respek ! Banyak isteri gagal dalam hal menghargai suaminya.

Akibatnya gampang diprediksi: Keduanya lalu merasa saling tidak cocok, merasa salah pilih pasangan … kemudian cekcok atau sebaliknya, ATM (aksi tutup mulut alias tidak saling bicara). Terjadi konflik yang berkesinambungan, ketegangan, ketidak-bahagiaan, yang ujung-ujungnya bisa berakhir pada kandasnya pernikahan di tengah jalan!

Tidak terlalu sulit mencari akar masalah dari persoalan keluarga ini. Sang isteri menangis dalam hatinya ingin dicintai, dan sang suami dengan putus asa ingin dihargai.

Sebenarnya, kalau Firman Tuhan ditaati, sehingga dalam keluarga ada kasih & respek, rasanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti perpisahan apalagi perceraian, tidak akan mudah terjadi dalam keluarga Kristiani. <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar