Jemaat dan Perpuluhan (2)

Berapa besarnya memberi perpuluhan?
Perpuluhan = 10% dari seluruh hasil bersih
Jemaat pasti mengerti istilah perpuluhan berarti 10%. Memberi perpuluhan berarti memberi sebesar 10% dari seluruh hasil bersih kita. Kalau begitu, perpuluhan didasarkan pada apa? Alkitab mengajarkan perpuluhan mulai di dalam kitab Kejadian. Sejak zaman Abraham, dan juga Yakub, perpuluhan sudah ada. Jadi jauh sebelum Allah memberikan Hukum Taurat melalui nabi Musa, perpuluhan sudah dijalankan.

Apakah saudara ingat peristiwa Yakub main sandiwara untuk menipu ayahnya, Ishak? Kemudian karena takut dibunuh oleh kakaknya, Esau, maka ia melarikan diri untuk menyelamatkan jiwanya. Ia lari jauh sekali sampai ke Haran. Di suatu tempat di tengah perjalanannya ke Haran itu, hari sudah malam dan Yakub tidur di tanah dengan berbantal batu. Pada waktu itulah Yakub bermimpi: ia melihat ada sebuah tangga yang tinggi sekali menuju sorga, dan banyak malaikat naik turun pada tangga itu. Ketika ia bangun, ia heran sekali karena mimpi itu. Lalu ia berjanji untuk “mempersembahkan sepersepuluh kepada Tuhan dari segala sesuatu yang Tuhan berikan kepadanya.”


Sebetulnya Yakub – setelah ia bangun – menyadari bahwa Tuhan ada di dekatnya, Tuhan menyertainya walau di tengah jalan. Ketika ia meninggalkan rumahnya ia merasa Tuhan “tertinggal” di rumahnya itu. Tetapi sekarang ia yakin Tuhan selalu ada di sisinya. Karena itu ia tahu bahwa Tuhan menyertai dan melindunginya. Lalu ia berjanji kepada Tuhan untuk memberikan perpuluhan dari segala hasilnya.

Yang penting jemaat ketahui, yang perlu ialah prosentase, bukan jumlahnya. Sebab perpuluhan berarti 10%. Tetapi manusia punya perhitungan yang keliru. Mari saya beri contoh.

Misalnya, dalam jemaat saudara ada seorang yang memasukkan uang sebanyak Rp. 500,- ke dalam kantong perpuluhan. Ini karena memang dia tidak punya apa-apa, dia orang miskin, dan Rp. 500,- itu adalah jumlah seluruh perpuluhannya. Kemudian ada seorang lain lagi datang ke kebaktian dengan naik mobil, bajunya bagus, perhiasannya dari emas. Dia orang kaya, dan dia memasukkan uang sebanyak Rp. 100.000,- ke dalam kantong perpuluhan jemaat. Kita pikir apa? Wah, moga-moga orang yang memasukkan Rp. 100.000,- ini akan datang lagi minggu depan. Puji Tuhan, orang semacam ini mau datang. Orang itu pulang, naik mobilnya dan pergi. Ketika minggu depan ia datang lagi, kita menyambutnya dengan hangat dan penuh hormat.

Tetapi si miskin tadi, orang yang memberi Rp. 500,- ketika minggu depan ia kembali lagi ikut kebaktian, disambut dengan acuh tak acuh.

Pertanyaan saya: apakah orang kaya yang naik mobil itu yang sungguh-sungguh mendukung jemaat Tuhan dengan memberi perpuluhannya? Dan orang yang miskin sehingga perpuluhannya hanya berjumlah Rp. 500,- itu tidak? Nah, kita lihat bahwa cara kita menghitung soal ini kurang betul.

Cara Allah menghitung lain dari cara kita menghitung. Allah ingin melihat berapa prosen yang diberikan? Prosentase, bukan jumlah uangnya! Mungkin orang miskin itu memperoleh hasil Rp. 5.000,- pada minggu itu sehingga ia memberikan Rp. 500,- Tetapi orang kaya itu yang dalam minggu itu memperoleh hasil Rp. 200 juta, hanya memberikan Rp. 100.000,- Menurut pandangan manusia, si orang kaya memberikan lebih banyak. Tetapi dalam perhitungan Allah, si orang miskinlah yang memberikan lebih banyak, yaitu 10 % dari seluruh hasilnya. Sedangkan orang kaya itu hanya memberikan 0,05 % dari seluruh hasilnya. Jadi, si miskin sebenarnya memberikan 200 x lebih banyak dari orang kaya itu. Yang memberikan Rp. 500,- adalah lebih banyak dari sudut prosentase.

Allah tidak melihat jumlah uangnya. Ia hanya melihat jumlah prosentasinya. Si kaya itu seorang pencuri di hadapan Allah. Dia sudah mencuri dari Tuhan sebab tidak memberikan 10%. Tetapi si miskin adalah orang jujur di hadapan Allah, sebab memberikan 10%.

Nah, bagaimana dengan kita? Bila kantong perpuluhan jemaat dijalankan, berapa banyak saudara memberi? Kalau minggu ini penghasilan saudara kosong, dan saudara tidak memasukkan sepeserpun ke dalam kantong perpuluhan, saudara masih memuliakan Allah. Tetapi bila minggu ini saudara mendapat Rp. 1 juta,- dan hanya memasukkan Rp. 2000,- maka saudara tidak memuliakan Allah. Tuhan tidak mengharapkan Rp. 100,- atau Rp. 500,- atau Rp. 1 juta, tetapi 10%. Sepuluh persen dari seluruh penghasilan bersih kita!

(Disarikan dari KMK I, JG) <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar