Perpuluhan = perintah dari Tuhan |
Alkitab menegaskan berulang kali bahwa orang Kristen wajib membayar perpuluhan kepada pekerjaan Tuhan dari segala hasil yang didapatnya. Banyak di antara jemaat masih kabur dengan soal perpuluhan ini. Kita berpikir, masuk gereja dan ikut kebaktian itu memang suatu tanggung-jawab kita, memberitakan Injil juga suatu tanggung-jawab kita ... tetapi kalau mengenai soal keuangan? Wah, Tuhan jangan ikut campur, itu urusan pribadi saya. Tuhan jangan mengutik-ngutik keuangan saya.
Bagaimana duduk perkara yang sebenarnya? Hari ini kita akan berusaha menjawab beberapa pertanyaan mengenai perpuluhan ini dari dalam Alkitab sendiri. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada dalam pikiran saudara. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini saya yakin jemaat akan lebih mengerti mengenai perpuluhan dan tanggung-jawab kita. Marilah kita membahas pertanyaan pertama.
Mengapa membayar perpuluhan?
Saya akan menjawab pertanyaan ini dengan membuka Alkitab. Dalam kitab Maleakhi pasal tiga dikatakan bahwa orang-orang Yahudi telah menyimpang dari ketetapan Tuhan dan tidak memeliharanya. Mereka bertanya kepada nabi Maleakhi, “Bagaimana kami menyimpang dari ketetapan Tuhan?” Maleakhi menjawab, “Kamu sudah menipu Allah. Kamu menipu Allah mengenai persembahan perpuluhan dan persepuluhan khusus! Allah sudah berfirman supaya persembahan perpuluhan itu dibawa ke rumah perbendaharannya, tetapi kamu tidak membawanya!”
Dalam hal ini mereka sudah berdosa kepada Tuhan: tidak membayar perpuluhan. Padahal perpuluhan adalah suatu perintah dari Tuhan. Setiap kali jemaat tidak memberikan perpuluhan, berarti setiap kali pula jemaat tidak menaati Firman Tuhan. Sebaliknya setiap kali kita memperhatikan dan memberikan perpuluhan ini, berarti kita menaati Firman Tuhan.
Siapakah di antara jemaat yang mau menjadi tidak taat? Saya kira tidak ada. Kita tidak mau menjadi orang perzinah, pencuri, penjudi, tukang berkelahi, pendusta, pemarah, dan sebagainya. Tetapi kita juga harus hati-hati, meskipun kita tidak mau menjadi pencuri uang tetangga kita, namun sering kita sudah mencuri dari ... Allah. Yaitu, pada saat kita tidak membayar perpuluhan kita kepada-Nya.
Mari kita lihat ayat lain dari Alkitab.
Dalam Injil Yohanes tertulis perkataan Tuhan Yesus, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku ...” Saya sering merenungkan ayat ini. Kasih kita kepada Allah bisa diukur dengan ayat ini. Seberapa jauh jemaat mau menaati Firman Allah, sebegitu juga besarnya kasih kita kepada Allah. Jadi jemaat membuktikan kasihnya kepada Allah dengan menaati firman-Nya.
Ada satu cara yang gampang buat menaati perintah Tuhan. Jemaat mesti menyadari bahwa ada ayat lain yang berbunyi: “Jikalau kamu mengakui Aku (Yesus Kristus) sebagai Tuhan, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Jadi, jemaat bisa dengan mudah menaati perintah-perintah Tuhan kalau jemaat sungguh menyadari bahwa Yesus adalah Tuhan yang harus dituruti perkataanNya.
Sering dalam kebaktian saya menanyakan, “Apakah di sini ada orang yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan?” Wah, semua tangan akan diacungkan ke atas. Tetapi bila saya bertanya lagi, “Siapakah di sini yang banyak menaati perintah Tuhan Yesus?” Sedikit sekali tangan yang diacungkan. Padahal bila seseorang mengakui Yesus itu Tuhan, berarti dia mau menaati perintah-Nya.
Sekarang, berapa banyak di antara saudara yang menaati Tuhan dengan memberikan perpuluhan?
Jadi, mengapa kita harus memberi perpuluhan? Untuk menaati Firman Tuhan, supaya jemaat tidak menjadi pencuri uang Allah.
(Disarikan dari KMK I, JG) <>
Bukankah ada perintah bersunat? Bukankah ada larangan makan babi? Kenapa sebagian perintah dan larangan-Nya ditaati, namun sebagian lagi ditolak? Apakah karena menguntungkan gereja dan pendeta maka perpuluhan ditaati?
BalasHapusperintah bersunat tidak ada dalam Perjanjian Baru, karena kita disunatkan dalam Isa Al-Masih. Isa Al-Masih sewaktu kecil bersunat karena Ia terlahir sebagai seorang Yahudi. Tidak ada juga larangan makan babi, itu hanya larangan dalam Yahudi ^_^, Anda semestinya banyak membaca dan punya referensi ayat2 yang menunjukkan 'diperbolehkan' sebelum bertanya, sehingga ketika kami hendak memperinci jawaban, Anda dapat mengerti.
BalasHapus