Jemaat harus berdoa dengan terus mendesak
Selain doa kita mesti sesuai dengan firman Allah, untuk berhasil kita juga harus berdoa tanpa malu. Artinya, jangan berhenti meminta kepada Allah sebelum diberi.
Yesus memberi contoh dengan sebuah ceritera. Ada seseorang yang pada tengah malam pergi ke rumah sahabatnya untuk meminta roti bagi seorang tamunya yang sedang singgah dari suatu perjalanan jauh, sedangkan ia sendiri sedang tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepada tamunya itu. Meskipun sahabatnya itu sudah tidur dan pintu rumahnya sudah terkunci, namun pada akhirnya ia bangun juga dan memberi apa yang diperlukan orang itu bagi tamunya.
Mengapa permintaan orang itu dikabulkan? Sebab dia meminta bukan untuk kepentingan dirinya sendiri saja. Dia meminta untuk kepentingan orang lain: tamunya. Demikian pula kita bisa berdoa untuk orang lain. Supaya Tuhan memberkati seorang teman kita yang kekurangan, supaya Tuhan menolong seorang kenalan kita yang dalam kesukaran, dan sebagainya. Doa semacam ini akan dijawab oleh Tuhan.
Tetapi Alkitab mencatat satu perkara yang menjadikan doa semacam ini dijawab: “Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya” (Lukas 11:8).
Orang itu meminta tanpa malu. Kita heran karena Yesus memuji sikap seperti itu. Kita biasanya akan menganggap doa semacam ini kurang sopan, bukan? Kita akan mencela dia sebagai seorang yang tak tahu diri, mendesak-desak terus sampai diberi. Tetapi kenyataannya Yesus memuji sikap seperti itu!
Saya tidak ingin jemaat salah paham. Yesus tidak menganjurkan saudara pergi ke tetangga dan mengetok pintu rumah orang di tengah malam buta untuk meminta roti. Tetapi maksud Dia ialah, supaya bila ada keperluan jemaat harus pergi kepada Tuhan dan berdoa terus, terus, terus, sampai dikabulkan.
Tidak usah malu, tidak usah segan, tidak usah malas, tidak usah cepat bosan, jangan berhenti sebelum diberi. Jika doa saudara sesuai dengan kehendak Allah, desaklah terus sampai Allah “terpaksa” memberikannya. Saya pakai istilah “terpaksa” di sini, sebab diajarkan juga di sini bahwa doa yang baik dan berhasil itu adalah doa yang dapat menggerakkan tangan Allah!
Beberapa waktu yang lalu ada satu pengalaman yang berkesan di hati saya. Seseorang yang punya pekerjaan dengan penghasilan Rp. 300,- sehari datang ke rumah saya. Dia mengatakan kepada saya bahwa sebentar lagi anaknya akan berulang tahun dan dia memerlukan uang Rp. 2000,- Dia mau minta uang itu dari saya. Dengan cara yang halus saya coba menolak permintaannya itu. Setengah jam saya putar lidah. Saya katakan bahwa saya memang punya uang, tetapi saya memberikan kepada gereja dan kepada orang yang tak mampu. Tetapi dia punya pekerjaan dan bisa menghasilkan Rp. 300,- sehari. Oleh sebab itu saya minta maaf kepadanya karena tak dapat memberi uang yang dimintanya itu. Dia langsung bertanya, “Jadi bapak tidak akan memberi apa-apa pada saya?” Lalu dia tidak mau pergi sebelum saya memberi uang itu. Dia terus mendesak saya. Saya mulai jengkel. Perkataan saya dari halus menjadi kasar. Tetapi karena orang itu tidak mau pergi juga, pelan-pelan saya mulai mengalah. Saya beri dia uang sebanyak Rp.400,- Tetapi dia bilang, “Uang Rp.400,- tidak cukup! Saya perlu dua ribu.” Wah, saya mulai marah. Saya tegur dia sebagai orang yang tidak sopan dan tidak tahu malu. Saya sudah jengkel sekali dengan orang itu. Tetapi dia terus mendesak. Tanpa rasa malu. Akhirnya ... saya berikan saja uang Rp.2000,- yang dimintanya itu, dan dia ngeloyor pergi.
Seumur hidup belum pernah saya menjumpai seorang yang meminta dengan mendesak terus seperti orang ini. Memang ini tidak sopan. Kita jangan meniru tingkah laku orang ini. Tetapi kita boleh mendesak dengan tidak malu kepada Allah. Dalam doa jemaat boleh meminta terus menerus kepada-Nya sampai doa kita dibalas-Nya.
(Disarikan dari KMK-I, JG) <>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar