DIAMBIL ATAU DIBERI ?
RAHASIA BERKAT.
Bagaimana sebenarnya hubungan antara uang – kita – dan Allah? Topik ini sendiri cukup luas seluk-beluknya untuk dibahas. Dalam kesempatan ini kita akan coba melihatnya dari satu segi saja, namun segi yang amat penting diperhatikan kalau kita ingin diberkati oleh Allah dalam soal keuangan.
Uang itu sendiri bukan dosa dan tidak jahat. Uang adalah sebuah kebutuhan cultural manusia --- artinya, tanpa uang kita sulit untuk hidup. Jadi, memiliki uang itu sendiri tidak salah. Yang salah ialah apabila uang itu didapatkan secara jahat, tidak jujur, tidak benar, tidak halal, tidak wajar, tidak baik, tidak semestinya, tidak berkenan kepada Allah dan merugikan orang lain. Juga yang salah ialah apabila kita mulai mencintai uang, atau uang itu digunakan secara sembarangan, tidak hati-hati, tidak bijaksana, diboroskan; dan untuk memuaskan keinginan mata & keinginan daging, untuk keangkuhan hidup, untuk ditimbun bagi diri sendiri, untuk perkara-perkara jahat.
Sekarang, bilamana Allah adalah Bapa kita dan kita adalah anak-anakNya, dan kita berusaha hidup menaati Dia, maka kita berhak untuk mengklaim (meminta) kepada Allah atas janjiNya bahwa Ia akan mencukupi segala keperluan / kebutuhan (bukan keinginan) kita – MATIUS 6:33; FILIPI 4:19. Kata “semuanya” dan “segala keperluanmu” di dalam kedua ayat ini adalah terutama kebutuhan primer (utama) kita seperti sandang – pangan, dan tentu saja … uang!
Sekarang bagaimana supaya kita diberkati secara keuangan oleh Bapa di sorga?
Yang pertama harus diingat ialah, bahwa janji Allah untuk mencukupi kebutuhan kita itu adalah janji yang bersyarat! Artinya, kita di sini harus memenuhi syarat-syaratnya dahulu, baru dari sana Allah akan menurunkan berkat-berkatNya. Dengan memenuhi beberapa syarat ini, kita bisa yakin bahwa Allah akan memberkati kita pada waktunya:
Syarat pertama, kita harus bekerja !!! (II TES. 3:6-12; MATIUS 25: 26a, 30)
Memang Allah berjanji akan memberi kita kebutuhan kita, tetapi pada saat yang sama Allah juga memerintahkan kita untuk bekerja. Lewat tulisan rasul Paulus, Allah memperingatkan dengan keras bahwa “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan!” Artinya jelas, kalau kita masih butuh makan maka kita harus bekerja. Kalau kita masih perlu uang ya jangan duduk-duduk saja, tiduran saja, atau keluyuran saja tanpa tujuan. Para pemalas (Yesus menyebut mereka “jahat” & “tidak berguna”) tidak usah mengharapkan berkat Tuhan !
Kalau pekerjaan kita adalah pekerjaan sekuler seperti bekerja sebagai sopir, pegawai negeri atau swasta, karyawan toko, guru sekolah, petani, nelayan, pedagang, polisi, teknisi, dokter, hakim, jaksa, pengacara, direktur, swasta, dsb. dsb. yah kerjakanlah semua itu dengan segenap hati seperti untuk Tuhan (Kolose 3:22 - 4:1).
Kalau pekerjaan kita adalah melayani Tuhan secara penuh, yah lakukanlah pelayanan itu dengan giat, rajin, sungguh-sungguh! (I Korintus 15:58). Saudara nilai sendiri, kalau ada orang yang menyebut dirinya “hamba Tuhan” tetapi kerjanya dalam satu tahun cuma mau mendapat kontak baru sebanyak 15 orang misalnya, artinya dalam sebulan tidak sampai dua orang yang diinjili, yang berarti setiap tiga minggu sekali baru mengontak satu orang; ini namanya hamba Tuhan yang “baik dan setia” atau yang “jahat dan malas”? Lantas, kalau ini termasuk kategori yang kedua, bagaimana bisa mengharapkan berkat Tuhan ??? (Matius 25:19-21, 24-30).
Sebelumnya perlu diketahui bahwa ada sebagian orang Kristen yang walaupun sudah bekerja keras tetapi tetap “sering tidak punya uang”. Ada banyak faktor dan penyebabnya di sini. Secara singkat, salah satu sebabnya ialah karena ada maksud & kehendak Tuhan dibalik misteri penderitaan ini.
Yang jelas, bekerja keras tidak berarti kita mesti akan berkelimpahan secara keuangan selama hidup di dunia ini. Tetapi yang pasti, orang yang tidak suka bekerja pada umumnya akan mengalami hidup berkekurangan! <>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar