Jemaat dan Keuangan (1)

KURANG-PEMASUKAN ATAU SALAH-PENGELUARAN ? (Amsal 21:20; Filipi 4:11)

Kebanyakan orang (termasuk orang Kristen) “mengeluh” tidak punya uang, bahkan benar-benar sering kekurangan atau kehabisan uang. Ini kontras sekali dengan apa yang Rasul Paulus katakan, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”. Padahal sewaktu melayani Tuhan memberitakan Injil, Paulus tidak lebih kaya atau, lebih enak dari kita. Bahkan barangkali ia lebih menderita secara jasmani dari pada kebanyakan kita di sini sekarang (I Korintus 9:18; II Korintus 4:16,17; 6:4,5; 11:23-28).

Kalau begitu, apa artinya perkataan Paulus tadi? Artinya, pada umumnya persoalan kita dalam masalah keuangan bukan terletak pada kurangnya pemasukan uang, tetapi terletak pada kurang bijaksananya pengeluaran uang !

Bagaimana menggambarkan orang yang tidak bijak dalam memakai uang? Alkitab menggunakan istilah “pemboros” terhadap orang semacam ini. “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal (bodoh=foolish) memboroskannya” (Amsal 21:20).

Seorang pemboros sama dengan orang “bodoh” yang tidak menghargai berkat Tuhan dan menyia-nyiakan setiap rupiah yang diterimanya dengan jalan menghambur-hamburkan uangnya secara tidak sehat, tidak efisien, dan tidak efektif. Pemboros tidak usah bermimpi akan pernah memiliki uang cukup. Sebaliknya, pemboros akan menghadapi kenyataan sehari-hari bahwa ia selalu kekurangan & kehabisan uang!

Seorang pemboros tidak memikirkan bahwa (mungkin) masih ada hari esok yang masih membutuhkan biaya. Dalam konteks dengan pemakaian uang, konsepnya sangat dangkal dan penuh resiko karena ia selalu berpendapat bahwa, “Hidup ini hanya 24 jam, jadi apa yang ada di tangan pada hari ini ya nikmati saja”. Maksudnya nikmati di sini tidak lain ialah habiskan saja!

Orang semacam ini tidak “senang” kalau di tangannya masih menggenggam duit atau kalau di dompetnya masih terselip uang. Itu sebabnya ia selalu “gelisah” dan selalu “mencari jalan” bagaimana bisa menghabiskan semua uangnya secepat-cepatnya. Hari ini terima gaji, besok sudah ludes semua. Ia lupa bahwa kemungkinan sangat besar besok ia masih akan hidup, dan kalau masih hidup berarti pasti ia masih akan memerlukan uang untuk beli beras, beli minyak, bayar listrik, bayar air, bayar lain-lain; sedangkan uang belum tentu akan datang lagi! Hidup macam ini bukan hidup beriman. Allah menyebut hidup semacam ini sebagai bodoh (=foolish, NASB).

Kalau ada orang Kristen yang sewaktu hidup di dunia harus menderita karena Tuhan menghendaki, itu memang untuk kemuliaan Tuhan. Tetapi kalau ia menderita karena “kebodohan” nya, itu jelas tidak benar & tidak baik.

Charles Ryrie memberikan komentar pada ayat Amsal 21:20 sebagai berikut: “The foolish person squanders what he has, but the wise man plans and saves for the future”, artinya,
orang bodoh membuang-buang / memboroskan apa yang dimilikinya, tetapi orang bijak membuat rencana dan menabung / menyimpan untuk hari depan.

Ada sebuah formula sederhana yg sudah terbukti berhasil kalau benar-benar diterapkan dengan penuh disiplin untuk mengatur keuangan kita. Formula itu namanya “formula 10-20-70”. Pada prinsipnya, setiap kita menerima berkat dari Tuhan (gaji, bonus, keuntungan, hadiah, dsb.) maka yang 10% harus segera kita sisihkan untuk dikembalikan kepada Tuhan dalam bentuk perpuluhan. Perpuluhan ini bukan milik kita melainkan punya Tuhan, jadi harus diberikan kepada (pekerjaan) Tuhan. Selanjutnya, yang 20% harus ditabung (disimpan di bank, dsb.); ini untuk jaminan persediaan di masa depan atau kalau ada keperluan yang benar-benar penting di kemudian hari. Terakhir, sisa 70% barulah dipakai untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan, listrik, air, biaya anak, dll. yang benar-benar kebutuhan (bukan keinginan belaka!). Bahkan, kalau dari yang 70% ini setelah dipakai untuk kebutuhan ini dan itu ternyata masih ada sisanya, maka berapapun sisanya ---sedikit atau banyak--- sebaiknya dimasukkan juga ke dalam tabungan kita, jangan malah dihabiskan !!!

Bila kita benar-benar disiplin mengatur keuangan kita dengan formula 10-20-70 ini, maka setelah beberapa tahun kita akan tercengang heran melihat berapa banyak uang yang ada di tabungan kita. Ingat, kebanyakan persoalan keuangan kita bukan karena kurang-pemasukan, tetapi karena salah-pengeluaran. Ibarat rumah, bukan karena kurang tiangnya, tetapi karena terlalu besar pasaknya; akibatnya kalau besar pasak dari pada tiang, ya rumahnya roboh !

Lain kali akan kami bahas bagaimana membedakan “kebutuhan” dari “keinginan”. Tidak bisa membedakan ---atau, tidak mau membedakan--- antara kebutuhan & keinginan inilah yang pada umumnya merupakan “biang-kerok” ambruknya keuangan kita. Formula di atas hanya akan jalan baik kalau diterapkan pada pemakaian uang untuk kebutuhan, bukan keinginan. Kami kira, di dunia ini tidak ada satu formula seajaib apapun yang akan dapat menyelamatkan uang saudara dari kebangkrutan kalau itu diterapkan untuk keinginan !!!

KATA-KATA BIJAK: “UANG ADALAH KEPERCAYAAN RAHASIA DARI TUHAN KEPADA KITA, DAN SETIAP HARI IA MENGUJI KITA DENGAN MELIHAT BAGAIMANA KITA MENGGUNAKANNYA.”

DOA: “Bapa di sorga, sungguh benar bahwa kami sangat perlu belajar bagaimana menata keuangan kami dengan baik, dan menggunakan dengan bijaksana setiap sen yang Bapa percayakan kepada kami. Tolonglah kami melakukan kehendakMu dalam hal ini supaya Engkau tetap dapat memberkati kami & memenuhi segala keperluan (kebutuhan) kami menurut kekayaan dan kemuliaanMu di dalam Kristus. Amen!” <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar