Jemaat dan Hikmat Bijaksana.

Apakah hikmat bijaksana itu?

Orang yang tahu bahwa api itu panas namun tetap memegang api langsung dengan tangannya sehingga kulitnya melepuh, namanya tidak bijak. Orang yang tahu bahwa hemat pangkal kaya tetapi tetap tidak pernah mau menabung bahkan hidup boros sehingga selalu kekurangan uang, namanya tidak bijak. Orang yang tahu bahwa berjalan di malam hari sendirian di daerah tertentu bisa membahayakan dirinya tetapi tetap saja melakukannya sehingga ia dicegat & dirampok orang jahat, namanya tidak bijak alias “bodoh” !


Hikmat bijaksana (Inggris: “wisdom”) adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan apa yang diketahui dengan benar. Jadi hikmat bijaksana berlainan dari kecerdasan / kepintaran (Inggris: “intelligence”). Pintar atau cerdas lebih banyak berkaitan dengan kemampuan untuk belajar, untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan hikmat ialah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya itu dengan benar & tepat bagi sesuatu tujuan yang baik, misalnya supaya terhindar dari kerugian, kecelakaan, atau untuk mengatasi sesuatu masalah yang sulit.

Cerdas atau pintar atau memiliki pengetahuan tertentu memang dibutuhkan namun tidak cukup. Hikmat bijaksana lebih dari sekedar cerdas atau pintar. Hikmat mampu untuk membedakan dan memilih yang terbaik. Hikmat mampu menerapkan (Inggris: “ability to apply”) pengetahuan atau pengalaman atau pengertian atau akal sehat sebaik-baiknya dengan benar.

Karena itu, orang bijak memiliki kemampuan mengambil keputusan yang benar dan masuk akal. Henry David Thoreau berkata, “Ciri khas dari hikmat bijaksana adalah, ia tidak melakukan hal-hal yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain”. Kong Hu Cu dari Tiongkok mengajarkan bahwa hikmat dapat diperoleh lewat tiga cara: “merenungkan” (cara paling agung), “meniru” (cara paling gampang), dan “pengalaman” (cara paling pahit).

Hikmat yang ditulis dalam Alkitab berbeda dari hikmat dunia. Alkitab menghubungkan hikmat yang sejati dengan Allah yang Hidup sebagai titik permulaan segala hikmat (Mazmur 111:10; Amsal 1:7; 2:1-4; 9:10; Ayub 28:28; Pengkhotbah 12:13). Dalam kitab Amsal 1:7 dan 9:10 “takut akan TUHAN” disebut sebagai permulaan atau pondasi dari hikmat bijaksana, sedangkan Amsal 8:13 menerangkan bahwa “takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan”.

Jemaat Kristiani memerlukan hikmat bijaksana. Terutama dalam hubungan dengan sesama orang percaya maupun dengan orang di luar jemaat. Banyak persoalan yang tidak diinginkan bisa dihindari seandainya jemaat banyak berhikmat. Baik dalam keluarga masing-masing, di sekolah, di tempat kerja, di dalam hubungan dengan masyarakat , dan sebagainya.

Alkitab mengajarkan kita untuk meminta hikmat yang amat kita butuhkan itu kepada Allah dengan iman. Dan Allah berjanji akan memberikannya dengan murah hati ! (Yakobus 1:5-6).

Bersamaan dengan itu, Allah juga sudah melengkapi jemaat-Nya dengan kitab kebijaksanaan yang seyogyanya kita baca setiap hari kalau ingin mendapatkan hikmat, namanya kitab AMSAL. Kitab ini terdiri dari 31 pasal, yang kalau setiap hari kita baca satu pasal maka dalam satu bulan akan selesai seluruhnya. Alangkah bijak apabila jemaat membacanya satu pasal per hari !

Tujuan utama dari kitab Amsal ---yang berisi prinsip-prinsip umum plus tuntunan praktis ke arah bijaksana--- adalah memberikan kepada jemaat informasi yang kita butuhkan untuk membuat keputusan & pilihan yang benar!

Semoga jemaat Kristus akan ditambahi dengan orang-orang percaya yang penuh hikmat bijaksana dari TUHAN, dan bukan sekedar orang-orang pintar belaka. <>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar