Jemaat dan Keuangan (2)

KEBUTUHAN ATAU KEINGINAN ?
(Matius 6:25-34; I Yohanes 2:16,17; I Timotius 6:6-9)

Disadari atau tidak, cepat atau lambat setiap pengeluaran uang yang bersifat “pemborosan + besar pasak daripada tiang + banyak kebocoran + tidak dikelola dengan baik” akan menyebabkan defisit, kekurangan, kemiskinan, utang-utang tak terbayar, tak pernah punya duit, tak pernah punya tabungan, hidup morat-marit alias berantakan, dan penderitaan yang mengenaskan di masa tua seseorang.

Banyak orang secara jenius mengelola perusahaannya, rajin mengurus pekerjaannya, mampu menghasilkan banyak duit --- tetapi anehnya, setelah itu mereka sama sekali tidak becus mengelola uang yang diperolehnya dengan susah payah itu sehingga seumur hidupnya kantong & dompetnya hampir selalu kosong! Apalagi tabungan, tidak punya!


Hasil studi ahli-ahli ekonomi seperti Steven Venti dan David Wisesimak mengatakan, “Orang dengan sedikit tabungan (uang) di masa pensiun, apalagi tidak punya tabungan, hanya memiliki satu pilihan yakni hidup morat-marit alias berantakan!”

Banyak orang yang “lupa” bahwa bukan hanya pekerjaan, usaha, atau karir mereka saja yang perlu dikelola dengan baik, tetapi justru uang yang sudah berada di tangan mereka itulah yang paling memerlukan pengelolaan terbaik! Siapapun tidak terkecuali seseorang, sebuah keluarga, suatu lembaga atau badan, perusahaan kecil atau besar, suatu negara atau pemerintah sekalipun akan mengalami krisis besar atau bahkan ambruk apabila pengeluaran keuangannya tidak diurus dengan baik!

Kecenderungan umum ialah, semakin banyak uang yang diterima semakin banyak pula uang yang dikeluarkan. Semakin merasa “punya” uang, maka orang akan semakin bebas membelanjakannya tanpa mempertimbangkan apakah pengeluaran itu benar-benar untuk kebutuhan , atau sebaliknya hanya untuk memuaskan hawa nafsu keinginan ! (Baca: I Yoh. 2:16-17).

Kebanyakan orang lebih banyak menghabiskan uangnya untuk berbagai keinginan-mata & keinginan-daging yang nota-bene tidak ada batasnya, bukan untuk kebutuhan. Padahal seharusnya kebutuhanlah yang mesti diutamakan, bukan keinginan. “Mismanagement” (salah urus & salah pakai) inilah penyebab terbesar bangkrutnya keuangan seseorang. Bangkrut di sini artinya: “uang tidak ada, tabungan tidak punya, harta habis, semuanya habis, bahkan terlilit utang sini-sana.”

Kalau kita tidak ingin bangkrut gara-gara salah memakai uang kita, maka mau atau tidak mau, senang atau tidak senang, kita harus bisa membedakan manakah keinginan dan manakah kebutuhan, dan menggunakan (bukan menghabiskan) uang kita terutama untuk kebutuhan!

Mengapa demikian?
Karena Alkitab mengajarkan bahwa, pada dasarnya Tuhan (yang maha bijaksana) tidak berjanji untuk memenuhi segala keinginan kita , melainkan Ia cuma berjanji untuk memenuhi segala keperluan kita. Baca Filipi 4:19 (keperluanmu); Matius 6:33 (sandang-pangan); Matius 6:11 (makanan kami); Matius 7:11 (roti-ikan); --- dll.

Jadi, kalau kemudian saudara bangkrut karena uang saudara habis untuk memuaskan keinginan saudara, bukan untuk kebutuhan utama saudara, maka saudara tidak dapat menyalahkan Tuhan atau orang lain karena hal itu jelas-jelas kesalahan saudara sendiri!

Saat kita mempunyai uang, saat itulah kebijaksanaan diperlukan untuk mengelolanya, supaya uang itu tidak habis begitu saja, supaya uang itu bisa berguna untuk kebutuhan, dan supaya masih ada sisa untuk disimpan (ditabung) bagi masa tua kita. Dengan kata lain, apabila Tuhan memberikan kepada saudara sejumlah uang, maka saudara wajib mengelola keuangan itu sendiri dengan benar !

Sedari tadi masalah “tabungan” atau “simpanan uang” sering disebut-sebut. Mengapa?

Pertama, walaupun mungkin tidak ditulis secara gamblang tetapi Alkitab memberi kesan bahwa tabungan (dalam hal ini: “berhemat”) merupakan salah satu kebutuhan penting bagi kita. Kebutuhan jasmani manusia di bumi ini bukan hanya sandang-pangan, tetapi juga kebutuhan menabung (menyimpan) uang.

Kedua, menabung melatih kita untuk berdisiplin dalam penggunaan uang. Untuk bisa menabung kita harus berhemat, dan berhemat berarti menggunakan uang secara bijaksana. Serta uang yang ditabung itu (seyogyanya) jangan sembarang dipakai. Uang yang ditabung ya untuk ditabung, bukan untuk membeli ini itu atau lainnya, lebih-lebih bukan untuk berfoya-foya!

Ketiga, orang yang menabung berarti memelihara masa tuanya. Bayangkan ketika saudara sudah berusia 70 atau 80 tahun, sudah tua dan tidak kuat lagi bekerja, sedangkan pasti saudara masih membutuhkan uang untuk makan, kalau sakit, dll. Dari mana saudara akan memperoleh uang yang diperlukan untuk semua itu, kalau bukan dari tabungan saudara sendiri? Oh ya, jangan berharap pada perkara-perkara yang tidak pasti seperti, mengharapkan pertolongan orang lain atau bantuan dari anak-anak saudara. Karena mereka itu juga belum tentu dapat membantu. Di dunia ini tidak ada hal-hal seperti itu yang pasti!

Keempat, kita sangat perlu menabung karena belum tentu besok uang akan datang lagi. Jangan sekali-kali berpikir bahwa besok uang akan datang lagi ! Kalau ternyata besok uang masih datang lagi, yah bersyukur kepada Tuhan. Tetapi kalau tidak? Apapun bisa terjadi, bukan? Jadi, menabung itu sangat sangat penting untuk berjaga-jaga supaya kalau sesuatu yang tidak diinginkan terjadi (krisis, dan sebagainya), jangan sampai kita pada waktu itu tidak mempunyai apa-apa lagi!

Kelima, jangan lupa pribahasa lama yang mengatakan bahwa “hemat pangkal kaya” dan “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Pernahkah saudara menghitung, berapa uang saudara sekarang seandainya sejak masih di Sekolah Dasar sampai saat ini saudara menabung / menyimpan sebagian uang saku saudara dan bukannya hanya menghabiskan semuanya untuk keinginan membeli es lilin atau mainan saja?


Saya coba-coba mengkalkulasi berapa uang saya sekarang seandainya sejak 50 tahun terakhir ini saya menyimpan uang Rp 10.000,- saja setiap bulan di bank dengan bunga rata-rata 1% per bulan. Hasilnya membuat mata saya terbelalak! Tidak kurang dari Rp 390.583.397,- (Tiga ratus sembilan puluh juta, lima ratus delapan puluh tiga ribu, tiga ratus sembilan puluh tujuh rupiah) seharusnya ada di kantong saya sekarang. Suatu jumlah yang lumayan besar sekali untuk menjamin masa tua saya terutama mengingat bahwa sangat banyak orang pada usia tuanya tidak memiliki uang sedikitpun, atau paling banter “hartanya” tinggal sebuah meja reyot & beberapa kursi lapuk yang dijualpun tidak laku!

KATA-KATA BIJAK : “SAAT KITA MEMEGANG UANG, SAAT ITULAH KEBIJAKSANAAN DIPERLUKAN & SAAT KITA MEMEGANG UANG BANYAK, SAAT ITULAH KEBIJAKSANAAN LEBIH-LEBIH DIPERLUKAN”.

DOA : “Bapa, terima kasih untuk setiap rupiah yang Engkau percayakan kepadaku. Berilah juga aku hikmat untuk mengerti kebutuhan-kebutuhanku yang sebenarnya, dan kemampuan untuk menolak keinginan yang sia-sia; supaya uang yang Engkau taruh ditanganku ini tercapai tujuannya dan Kristus boleh dipermuliakan!” <>

1 komentar:

  1. Puji Tuhan, terima kasih banyak atas pelajaran dan kata2 bijak, serta nasehat2... sangat berguna dan bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin

    BalasHapus