Jemaat rumah ... mengapa???

Jemaat rumah (Eng: ‘house church’), adalah sebutan bagi orang-orang percaya yang memilih berkumpul di rumah-rumah untuk beribadat , mengadakan kebaktian, perjamuan Tuhan, kegiatan rohani, dsb. karena didasarkan pada keyakinan perlunya kembali ke pola jemaat Alkitabiah di Perjanjian Baru.

Saat ini, di mana-mana sedang berlangsung perubahan globalisasi besar-besaran yang belum pernah terjadi dalam sejarah, termasuk di dunia Kekristenan! Allah sedang menghidupkan kembali kekuatan dan kesederhanaan ‘akar-rumput’ --- yaitu orang-orang percaya biasa dan kaum awam, bukan para pemimpin atau pendeta gereja. Allah sedang bekerja mengembalikan Kekristenan-pola-Perjanjian Baru, yang dinamakan ‘jemaat rumah’ --- ke atas bumi ini.


Perubahan ini bukan didorong oleh kejeniusan atau rencana manusia, melainkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Melalui Roh Kudus yang meniupkan angin pembaharuan, Kristus sedang membersihkan jemaatNya. Menggoncangkannya, mengubahnya, meluaskannya, sambil mempersiapkan jemaatNya itu untuk menghadapi penderitaan-penderitaan sekaligus kebangunan besar-besaran di tahun-tahun mendatang … untuk menjadi gerakan jemaat rumah sedunia!

Mengapa jemaat rumah?

Para pengikut Kristus mula-mula berkumpul di mana saja, terutama di rumah-rumah pribadi.
Kitab Perjanjian Baru banyak mencatat tentang gereja rumah sebagai strategi Yesus dalam menjangkau jiwa-jiwa baru di sebuah desa, atau bahkan wilayah, seperti Kapernaum, Samaria, dan Betania. Jemaat pertama didirikan di Yerusalem, di rumah-rumah orang percaya. Rasul Paulus melanjutkan strategi ini sehingga kita tahu ada gereja-gereja rumah di Korintus, di Efesus, di Filipi, di Kolose, dsb.

Perjanjian Baru mencatat bahwa jemaat Kristiani mula-mula menunjukkan persekutuan yang sederhana dan saling mengambil bagian dalam pelayanan. Mereka hidup dekat bagai keluarga besar, dalam persekutuan yang akrab, saling berbagi di dalam Kristus. Fakta ini dinyatakan berkali-kali oleh tidak kurang dari 50 contoh berkaitan dengan ungkapan “satu sama lain” yang ditemukan dalam Perjanjian Baru. Ciri khas ini jarang sekali ---kalau tidak bisa dikatakan tidak ada--- ditemukan di dalam gereja-gereja tradisional atau denominasi-denominasi konvensional sekarang ini.

Cukup banyak nas Alkitab yang menggambarkan suasana kehidupan jemaat mula-mula tersebut. Misalnya, tentang gaya hidupnya, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan ... berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kisah Para Rasul 2:42).
Ibadat dan persekutuan diadakan bergilir di rumah-rumah , “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah“ (Kisah Para rasul 2:46b-47a).
Saling mengambil bagian dalam pertemuan-pertemuan ibadat mereka, “Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau … ” (1 Korintus 14:26).
Pertemuan ibadat dilakukan rumah-rumah, “Salam kepadamu dari jemaat-jemaat di Asia Kecil ... jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu“ (1 Korintus 14:26, bd. Filemon 1:2).
Kadang-kadang diadakan pertemuan kelompok besar, “Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu” (Kisah Para Rasul 20:20). <>

2 komentar:

  1. Saya sangat setuju dan mendukung jemaat rumah, karena sesuai dengan Alkitab dan arus globalisasi saat ini

    BalasHapus